![]() |
Keindahan bawah laut Kepulauan Raja Ampat. Foto : tiaracalista.wordpress.com |
YELLU, BL- Masyarakat adat Pulau Misool mendekrasikan zonasi Kawasan
Konservasi Laut Daerah (KKLD) Misool Timur Selatan, Kepulauan Raja Ampat,
Papua.
KKLD Misool Timur Selatan mencakup luasan
sebesar 366.000 hektar. Mereka membagi 3 zona peruntukkan, yaitu zona inti; zona
pemanfaatan terbatas; dan zona pemanfaatan lainnya. Keseluruhan zona itu masuk
dalam wilayah Kepulauan Raja Ampat.
Penentuan zonasi tersebut melalui sebuah proses
panjang selama 4 tahun, yang melibatkan pengumpulan informasi mengenai kondisi
terumbu karang, populasi ikan, pola pemanfaatan sumberdaya oleh masyarakat,
praktek-praktek pengelolaan sumberdaya secara tradisional, konsultasi dengan
para pihak, kajian-kajian ilmiah, dan lain-lain.
Menurut Communication & Marketing Director TNC, Elis Hart, acara deklarasi KKLD ini dikemas dengan prosesi
upacara adat yang berlangsung di Kampung Yellu, Distrik Misool Selatan, di
Pulau Misool, Raja Ampat, (28/11) ini juga dihadiri Bupati Raja Ampat, Drs
Marcus Wanma.
Upacara tersebut dipimpin oleh tetua adat yang
akan melemparkan sesaji – berupa sirih pinang, tembakau dan potongan ayam
putih – ke dalam laut disertai doa untuk menjaga laut agar tetap dapat
memberikan kelimpahan sumbedayanya kepada manusia.
Setalah upacara Timai, Bupati Wanma
mengukuhkan tiga Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) dan meresmikan
tiga pos pengawasan di Pulau Jaam untuk Distrik Misool Selatan, Gamfi untuk
Distrik Misool Timur, dan Waaf untuk Misool Barat. Pos pengawasan di Pulau Waaf
dibangun atas bantuan dana tarif masuk pariwisata Raja Ampat.
Sebuah kapal dinghy juga diserahkan untuk
digunakan oleh Pokwasmas. Patroli pengawasan yang dilakukan oleh Pokmaswas ini
merupakan gagasan masyarakat setempat dan didukung oleh Pemkab Raja Ampat dan
Polisi Perairan Polres Raja Ampat untuk melindungi serta menjaga kawasan
konservasi ini dari kegiatan penangkapan ikan secara berlebih, merusak, dan
penangkapan biota yang dilindungi.
Bupati Raja Ampat mengapresiasi deklarasi
masyarakat adat atas zonasi KKPD Misool Timur Selatan. Menurutnya deklrasi
tersebut merupakan mandat besar yang diberikan kepada Pemerintah Kabupaten Raja
Ampat untuk memastikan bahwa sumberdaya laut di Misool dikelola secara
berkelanjutan.
“Saya bangga bahwa kami mempunyai komitmen
tinggi untuk menjaga sumberdaya laut yang sangat penting bagi kehidupan kami,
karena sumberdaya ini dapat menjamin ketahanan pangan dan kesejahteraan
masyarakat kami,” kata Marcus Wanma seperti ditulis dalam rilis The Natural
Conservancy (TNC) yang diterima Beritalingkungan.com.
Direktur Program Kelautan TNC Indonesia, Abdul
Halim, mengatakan TNC sangat terhormat menjadi bagian dari sebuah visi dan
komitmen yang sangat kuat dari pemerintah dan masyarakat Raja Ampat untuk
mendorong pemanfaatan sumberdaya laut secara bijaksana.
Menurutnya, sistem zonasi yang dibangun bersama
oleh para pihak di Misool memadukan ilmu konservasi modern dengan kearifan
lokal dan praktek-praktek pengelolaan tradisional, yang belum banyak dilakukan
di Indonesia.
Kepulauan Raja Ampat terletak di bagian ujung
barat laut Propinsi Papua Barat, tepat di jantung Segitiga Terumbu Karang yang
diakui sebagai pusat keanekaragaman hayati laut dunia. Kajian ekologis yang
dilakukan TNC dan Conservation International (CI) menunjukkan bahwa Raja Ampat
merupakan rumah bagi 75% jenis terumbu karang di dunia dengan 553 jenis terumbu
karang dan 1.437 jenis ikan karang.
Di tahun 2006, pemerintah daerah Raja Ampat,
bersama masyarakat lokal, TNC dan CI, menjadi pemerintah kabupaten pertama di
Indonesia yang mendeklarasikan sebuah Jejaring Kawasan Konservasi Laut Daerah
(KKLD).
Kawasan konservasi secara global telah diakui
sebagai sebuah perangkat yang efektif dalam menopang perikanan yang
berkelanjutan, melindungi habitat laut penting dan menjamin mata pencaharian
untuk masyarakat lokal. Saat ini terdapat tujuh KKPD dalam jejaring yang
meliputi lebih dari 1 juta hektar wilayah pesisir dan laut. (Marwan Azis).