![]() |
Indonesia pernah menorehkan sejarah sebagai lumbung padi dunia. Namun kini nasib petani Indonesia kian terpuruk.. Foto : Istimewa. |
KONAWE, BL-Hari
tani dirayakan di seluruh dunia oleh berbagai elemen. Dari mahasiswa, LSM
hingga kalangan buruh. Tapi justeru kaum tani itu sendiri tak tampak diperayaan
itu. Lantas, kemana petani kita saat hari tani? Apakah mereka tahu jika setiap
tanggal 24 September ini nasib petani selalu dibicarakan? Atau mungkin petani
justeru sudah apriori dengan perjuangan mereka sendiri.
Jauh di pelosok
Kabuaten Konawe sana, banyak sekali petani kita tak tau apa yang tengah terjadi
hari ini. Sapto contohnya. Petani asal
Desa Duriasi, Kecamatan Pondidaha, Kabupaten Konawe sama sekali tidak
tau perayaan hari tani. Padahal, hampir saban tahun perayaan hari tani selalu
disuarakan masyarakat perkotaan. Namun setiap tahun pula hampir pasti Sapto
tidak merayakannya. "Wah, saya tidak tau apa itu hari tani pak. Saya baru
taunya dari bapak,"kata Sapto pria asli Jawa yang sudah berpuluh tahun di
Sulawesi Tenggara.
Tak hanya Sapto,
Karmono warga lainnya, juga tidak mengerti apa makna perayaan hari tani itu.
"Lha, gimana mau dirayain kalo untuk cari makan saja susahnya minta
ampun,"katanya sembari tersenyum.
Namun, baik Sapto
maupun Karmono senang jika akhirnya ada yang peduli dengan nasib kaum tani.
Tapi, tak sekedar dirayakan, tetapi bagaimana memperjuangkan nasib petani, agar
kesejahteraannya lebih baik.
Petani-petani di
Sulawesi Tenggara hampir didominasi kaum transmigran. Mereka hidup dan bercocok
tanam berpuluh-puluh tahun lamanya. Mereka dari beragam suku, seperti Jawa,
Bali, Bugis dan Nusa Tenggara. Dari tangan-tangan terampil merekalah
meenyumbang swasembada beras demi kemakmuran daerah.
Sayang petani yang
tersisa saat ini tinggal kaum tua saja, sementara jumlah anak-anak muda yang
mau turun membajak hanya bisa dihitung jari. "Ini yang sudah pak, petani
tersisa kami yang tua-tua saja. Anak-anak muda sudah tidak mau lagi turun ke
sawah,"kata Sapto.
Indonesia sendiri pada
jaman Orde Baru pernah menjadi lumbung padi
dunia, bersain dengan negara-negara seperti India dan negara asia
lainnya. Namun seiring perubahan rezim, komoditi pangan Indonesia semakin
terpuruk. Bahkan, kini indionesia terpaksa mengimpor beras dari negara lain.
TIM