![]() |
Aksi aktivis Greenpeace di toko Burberry, Senayan City Jakarta beberapa waktu lalu. Foto : Greepeace. |
JAKARTA, BL - Merek pakaian mewah Inggris, Burberry, hari ini membuat komitmen
kepada publik untuk menghapuskan penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya dari
rantai pasokannya per 1 Januari 2020.
Keputusan
Burberry ini disampaikan setelah adanya tekanan publik yang digerakan Greenpeace
selama dua minggu pada saluran sosial media mereka yang mencapai jutaan
audiens, kemudian disusul dengan aksi protes oleh para aktivis minggu ini di
toko-toko Burberry dari Beijing, Jakarta hingga Meksiko.
Ilze
Smit, Jurukampanye Detox Greenpeace International melalui keterangan
persnya yang diterima Beritalingkungan.com mengatakan, komitmen Burberry untuk
menyingkirkan monster kecil berbahaya membuka bab baru dalam kisah
fashion yang bebas toksik. “Dengan mengambil langkah yang bersejarah ini,
Burberry telah mendengarkan tuntutan pelanggan, bergabung dengan jajaran
merek-merek yang bertindak atas nama orang tua diseluruh dunia, untuk
menciptakan akhir yang bahagia bagi mimpi buruk beracun ini"ujarnya.
Sebagai
bagian dari komitmennya untuk menghilangkan semua bahan kimia berbahaya dari
semua produk yang diproduksi dan dijual, prioritasnya jatuh kepada produk
pakaian. Selain itu, selambat-lambatnya pada akhir Juni 2014, Burberry akan
mulai mengungkapkan pembuangan bahan kimia dari pemasoknya di kawasan Selatan.
Dan selambat-lambatnya pada 1 Juli 2016, Burberry telah berkomitmen untuk
menghilangkan semua bahan kimia per - dan poly - fluorinated dari rantai
pasokannya.
Berita
ini menyusul investigasi Greenpeace yang mengungkapkan, adanya bahan kimia
berbahaya, termasuk zat beracun yang mengganggu sistem hormon, di dalam pakaian
anak-anak yang dibuat oleh 12 merek seperti Disney, adidas dan Primark. Banyak
dari bahan kimia ini sekarang tersebar luas di lingkungan, setelah dibuang
bertahun-tahun lamanya ke saluran air dan sungai-sungai di seluruh dunia baik
saat proses produksi pakaian ataupun saat dicuci setelah produk tersebut
dibeli.
"Langkah
Burberry merupakan terobosan di sektor pakaian mewah dan peningkatkan standard
untuk dikejar para pesaingnya. Dengan adanya Fashion Weeks beberapa saat
lagi, merek-merek seperti Versace dan Louis Vuitton bisa saja tertinggal di
belakang bila tidak juga berkomitmen untuk Detox. Dari mulai merek pakaian
sederhana hingga mewah, kita memiliki hak untuk menuntut pakaian kita terbebas
dari bahan kimia berbahaya dan industri pakaian memiliki tanggung jawab untuk
melakukan sesuatu tentang hal itu,”tambah Smit.
Ahmad
Ashov Birry, Jurukampanye Detox Greenpeace Indonesia mengatakan, peristiwa ini,
bersama dengan komitmen 18 perusahaan pakaian besar lainnya, tidak hanya
menjadi berita baik bagi konsumen akan tetapi juga menjadi awal yang baik bagi
masyarakat Indonesia secara luas, termasuk masyarakat di pinggiran sungai
seperti Sungai Citarum di Jawa Barat yang menjadi pusat produksi tekstil
nasional.
Seraya
menambahkan, pemerintah Indonesia harus segera beraksi untuk melindungi
masyarakat, generasi mendatang dan lingkungan dari dampak negatif bahan-bahan
kimia berbahaya dan mendorong industri nasional untuk menuju nol pembuangan
bahan kimia berbahaya beracun. (Marwan Azis).