JAKARTA, BL- Greenpeace mengapreasi dimasukannya agenda lingkungan
oleh kedua pasangan calon Presiden Republik Indonesia baik pasangan
Prabowo-Hatta maupun Joko Widodo- Jusuf Kalla, dalam visi misi mereka.
Kepala
Greenpeace Indonesia, Longgena Ginting mengatakan, Greenpeace sangat
gembira karena isu lingkungan sudah masuk dalam visi misi dua pasang
capres, dibandingkan pasangan capres pada pemilihan presiden tahun 2009.
Bahkan debat capres putaran terakhir akan mengusung permasalahan energi
dan lingkungan hidup.
"Ini menunjukkan isu lingkungan
hidup sudah semakin penting,""kata Longgena saat menjadi narasumber
diskusi lingkungan dengan tema
“Pasca Pilpres 2014 : Masa Depan Lingkungan Hidup Indonesia” yang
digelar Beritalingkungan.com bekerjasama SIEJ yang juga didukung Yayasan
Inisiatif Pendidikan Orangutan Indonesia (YIPOI), Yayasan Orang Utan
Republik (OURF), Orangutan Conservancy, Orangutan Outreach, California
Orangutan Alliance, The Orangutan Project dan Orangutan LandTrust di
Cafe Resto, Kompleks Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat, Kamis
kemarin (03/07).
Menurut mantan Direktur WALHI ini,
Indonesia saat ini sudah masuk pada krisis ekologi. Masalah lingkungan
bukan lagi masalah sepele. Ia mencontohkan, 110 orang meninggal di Asia
Tenggara akibat perubahan iklim, jumlah orang bermigrasi dari satu
negara ke negara lain saat ini bukan saja dipicu oleh peperangan, tapi
juga perubahan iklim jumlahnya terus meningkat. Presiden terpilih
mendatang, harus menempatkan lingkungan hidup sebagai isu utama
pembangunan, karena melihat kondisi kerusakan dan dampak kerusakan yang
terjadi.
Pada kesempatan itu, Longgena juga memberikan
tanggapannya terkait rencana Prabowo yang akan memanfaatkan 77 juta
hektar hutan menjadi lahan produktif. “Kita hargai restorasi hutan
rusak. Tetapi yang paling penting adalah bagaimana menjaga hutan yang
masih ada, khususnya lahan gambut,”jelasnya.
Sementara
Direktur SIEJ, Igg Maha Adi mengatakan, ada harapan lingkungan membaik
dari kedua pasangan capres, meski berbeda dalam pendekatan identifikasi
dan penyelesaian masalah.
Namun mantan jurnalis Tempo ini menilai visi misi
lingkungan kedua capres belum menukit ke akar persoalan lingkungan misal
soal pertambahan populasi, yang berdampak pada massifnya eksploitasi
sumber daya alam.
Ia juga menyayangkan dibubarkannya Bapedal
dan dilebur ke Kementerian Lingkungan Hidup di jaman Presiden Megawati
Soekarnoputri, sehingga saat ini Indonesia tidak memiliki lembaga
lingkungan yang bisa menjerat para pelaku perusak dan pencemar
lingkungan.
Hal senada juga disampaikan perwakilan tim sukses
Pasangan capres-cawapres Prabowo-Hatta Prof Syamsul Bahri. Menurutnya,
pembangunan saat ini berorientasi pertumbuhan ekonomi, yang cenderung
eksploitatif seperti maraknya penggundulan hutan yang menyebabkan
hilangnya plasma nutfa serta iklim yang tidak bersahabat termasuk
krisis air." Saat ini harga bensin lebih murah pada air
mineral,"ujarnya.
Menurut mantan Ketua Pusat Studi Lingkungan
Universitas Brawijaya ini mengatakan, bila Prabowo terpilih jadi
Presiden, ia tetap akan meneruskan kebijakan lingkungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) seperti janji menurunkan emisi karbon
sebesar 26 persen atau 41 persen dengan bantuan internasional pada 2020.
"Namun pemerintah Indonesia perlu memperkuat negosiasi iklim di
forum-forum internasional," paparnya.
Untuk isu energi
lanjut mantan komisioner KPU Pusat ini, Prabowo-Hatta akan berupaya
mengembangkan penggunaan energi terbarukan seperti dari nabati dan
sumber-sumber energi alternative lainnya
Sementara,
perwakilan Tim Sukses pasangan Jokowi – Jusuf Kalla, Wahyu Widodo yang
juga tampil menjadi pembicara mengatakan, penanganan lingkungan perlu
pendekatan ekstra ordinary serta diperlukan lembaga super bodi di bidang
lingkungan hidup dan sumber daya alam yang bisa memberi efek jera bagi
penjahat lingkungan.
Pada kesempatan itu, Wahyu juga
mewacanakan pengembangan bambu sebagai pengganti kayu, menurutnya, pohon
bambu sangat bermanfaat dalam membantu pemulihan lingkungan termasuk
ketersedian air.
Untuk isu energi, Jokowi-Jusuf Kalla akan
menggalakkan penggunaan gas untuk konsumsi energi yang ramah lingkungan.
Sedangkan untuk isu perubahan iklim, Jokowi-Jusuf Kalla bakal
meratifikasi keputusan-keputusan badan dunia untuk perubahan ikim
(UNFCCC) mengenai penanganan perubahan iklim, dengan disesuaikan untuk
kepentingan Indonesia.
Diakhir diskusi, baik perwakilan tim
sukses Prabowo-Hatta maupun tim sukses Joko Widodo- Jusuf Kalla berjanji
akan mendengarkan aspirasi dari aktivis lingkungan, demi perbaikan
lingkungan Indonesia. (Marwan Azis).