![]() |
Peta Agats, Kabupaten Asmat, Papua. |
AGATS, BL- Kekeringan di Agats, ibukota Kabupaten Asmat mengakibatkan warga kekurangan air bersih.
Walaupun pemerintah setempat berusaha menyalurkan air bersih kepada warganya, air itu pun diklaim tak layak untuk di konsumsi. Sebab air itu berasal dari air sungai yang ada di sekitar Agats.
Pimpinan Papua Adventure,
Iwanta Peranginangin mengisahkan pengalamannya di saat mengantar sejumlah turis
untuk wisata ke Agats, pertengahan September 2015 lalu. Bayangkan saja, akibat
kekeringan ini, dirinya harus membeli air bersih seharga Rp 2 juta untuk
kebutuhan empat orang wisatawan dari Jerman itu.
“Kami mengunjungi Agats hanya
dua hari. Air bersih yang saya beli itu hanya digunakan untuk kebutuhan mandi
dan buang air untuk mereka. Musim kekeringan tahun ini sangat parah, sebab
sebelumnya tak pernah seperti ini,” kata Iwanta seperti dilansir Papuakita.com (Situs Sindikasi Beritalingkungan.com)
Tak hanya itu, akibat
kekeringan banyak warga Agats yang telah mengungsi ke Kabupaten Mimika dan
Kabupaten Merauke, serta beberapa kabupaten lainnya dan distrik lain di sekitar
Agats.
“Saya terpaksa mengungsikan
kedua anak dan istri saya kepada keluarga terdekat di Merauke. Anak saya
menderita batuk akibat mengkonsumsi air sungai, sehingga saya terpaksa
diungsikan,” kata Ahmad, salah satu pekerja honorer di Kantor Bupati Asmat.
Anehnya, beberapa distrik
misalnya di Distrik Sawaerma dan Atsi curah hujan sudah normal dan air
berkelimpahan di sana. Untuk ke kabupaten itu hanya membutuhkan waktu 1-2 jam
perjalanan dengan ‘speedboad’.
“Warga Asmat meyakini jika
matahari dan bulan masih berwarna kemerahan, ini pertanda kemarau masih
berlangsung cukup lama dan sampai saat ini, matahari dan bulan juga belum ada
perubahan warnanya,” ungkap Ahmad. (Katharina Louvree/Papuakita)
-->
Tidak ada komentar:
Posting Komentar