CIREBON,BERITALINGKUNGAN.COM- Sejumlah aktivis lingkungan yang tergabung Koalisi
Break Free yang terdiri dari Greenpeace, WALHI dan JATAM, kemarin
melakukan aksi damai dengan menaiki crane pelabuhan batu bara untuk
menghentikan aktivitas bongkar muat batubara di pembangkit listrik
batubara (PLTU) Cirebon.
Protes ini bertujuan untuk melakukan desakan lebih lanjut
kepada Pemerintah dan perusahaan, serta menyoroti rencana ekspansi PLTU
Cirebon yang akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup
dan sosial, khususnya kesehatan masyarakat.
Para aktivis membentangkan spanduk besar bertuliskan ‘Quit
Coal’ yang berarti, pemerintah Indonesia harus segera mengambil tindakan
beralih dari batubara sebagai sumber energi demi kesehatan lingkungan
dan keselamatan warga negara.
Menurut laporan Greenpeace yang bekerja sama dengan Harvard
University, polusi dari pembangkit listrik batubara telah menyebabkan
6.500 kematian dini per tahun, karena berbagai penyakit pernapasan.
“Setiap pembangkit listrik tenaga batu bara baru berarti
risiko kesehatan tinggi bagi rakyat Indonesia. Kematian terjadi lebih
cepat dari waktunya akibat stroke, serangan jantung, kanker paru-paru,
penyakit jantung dan pernapasan lainnya. Dampak kesehatan ini terutama
mengancam anak-anak,” kata Arif Fiyanto Juru Kampanye Iklim dan Energi
Greenpeace Indonesia dalam rilisnya.
PLTU Cirebon adalah salah satu dari sekian banyak PLTU yang
akan memiliki rencana penambahan unit atau kapasitas di bawah proyek
35000 MW.
Namun rencana ekspansi ini mendapat perlawanan yang kuat
dari masyarakat setempat. Unit pertama telah beroperasi sejak Juli 2012,
dan kerap bermasalah termasuk diantaranya meledak pada bulan September
tahun 2014.
PLTU Cirebon ini didanai oleh investasi Jepang JBIC
(Japanese Bank for International Cooperation) dan hingga kini masih
terus mendapatkan penolakan dari masyarakat setempat.
Pemerintah Indonesia saat ini sedang mengembangkan proyek
35000 MW listrik. Organisasi lingkungan menyoroti proyek ini karena
lebih dari 60% sumber energi yang digunakan akan berasal dari batubara,
sementara sumber energi terbarukan hanya mendapat porsi sebesar 20%.
Hendrik Siregar, Koordinator JATAM (Jaringan Advokasi
Tambang), mengatakan, pembakaran batubara PLTU Cirebon akan
berkontribusi cepat terhadap kondisi iklim khususnya di pulau Jawa yang
listriknya banyak dipasok oleh PLTU.
PLTU Cirebon adalah salah satu potret buruk yang
mengabaikan suara, hak dan keselamatan rakyat. Tepat kalau PLTU Cirebon
menjadi salah satu tempat untuk menagih janji pemerintah dalam
mengedepankan keselamatan rakyat dan mengatasi masalah iklim yang kian
kronis”.
Khalisah Khalid, Juru Bicara Eksekutif Nasional WALHI
(Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) mengatatan, aksi ini sebagai bentuk
keseriusan menuntut tanggungjawab negara untuk segera berhenti
memproduksi pembangunan yang berisiko tinggi baik bagi lingkungan hidup,
keselamatan dan ruang hidup rakyat.
Presiden Jokowi memiliki pilihan: tetap dengan pendekatan business as usual untuk menghasilkan listrik dan melihat kehidupan dan kesehatan ribuan orang Indonesia, atau memimpin transisi dan ekspansi yang cepat untuk energi yang aman, bersih, dan terbarukan (BL).
-->
Tidak ada komentar:
Posting Komentar