![]() |
Mr Jali, Sang Juru Kunci Gunung Leuser. Foto : Arsadi Laksamana/Beritalingkungan.com |
ACEH, BERITALINGKUNGAN.COM- Unik, menyenangkan dan kaya pengalaman adalah kesan
pertama saat bertemu Mr Jali. Lelaki berusia sekitar 50 tahun itu adalah
guide senior para pendaki yang ingin ke puncak Leuser. Dikalangan para
pendaki ia telah cukup dikenal, bukan hanya oleh pendaki di Indonesia,
namun juga oleh para pendaki dunia.
"Saya tidak bisa membaca apalagi menulis, tapi saya bisa
bahasa inggris" kata Mr Jali. Tas rensel besar membuat tubuhnya yang
kekar berotot nampak kerdil namun terlihat penuh tenaga, kekuatannya
bahkan bisa mengalahkan kemampuan anak muda. Kalau dihitung berapa kali
sudah ia mendaki puncak Lueser, jawabanya mungkin sudah ratusan kali.
Mendaki puncak Leuser bukanlah perkara mudah, butuh waktu hingga 15 hari
dengan medan yang berat, selain dibutuhkan stamina prima juga mental
yang kuat.
Hutan Leuser memiliki dua puncak, yaitu puncak Leuser
dengan ketinggian 3.119 dan puncak tinggi Lauser 3.404, hutan ini
merupakan Taman Nasional lewat diterimanya warisan hutan hujan tropis
Sumatera ke daftar situs warisan dunia pada tahun 2004, membuat hutan
ini masuk dalam daftar situs warisan dunia oleh UNESCO, kekayaan yang
dimiliki Leuser merupakan aset Indonesia. Hutan ini telah menjadi
perhatian dunia karena kelestariannya mulai terancam, jalur pendakian
gunung Leuser merupakan jalur terpanjang di Asia Tenggara.
Nama asli Mr Jali adalah Rajali, ia punya cerita kenapa
dipanggil Mr Jali, tahun 1981 tepatnya tanggal 15 juli 1981 saat ia
mulai membuat sejarah baru di kaki gunung Leuser, berbekal pengalaman
sebagai petani kebun tembakau, ia membawa turis berkebangsaan Malaysia
untuk mengelilingi lembah Leuser dalam sebuah penelitian tentang
berbagai macam burung yang ada dilembah Leuser, waktu itu ia hanya
membawa peralatan seadanya dan jauh dari standar peralatan petualang
alam bebas, memakan waktu tiga hari Mr Jali sukses mengantar turis
tersebut mencapai tujuannya.
Dengan pengalaman dan perlengkapan seadanya Mr Jali
membangun tenda dari plastik hitam untuk berteduh dari hujan serta hawa
dingin lembah Leuser. Dari situ ia mulai menjadi guide, saat datang
permintaan menjadi guide dari dua jurnalis berkebangsaan inggris bernama
Siemen dan David untuk melakukan penelitian tentang semua satwa yang
ada di lembah Leuser, dia dipanggil Mr Jali karena nama Rajali terlalu
panjang, dari situlah awal nama Mr Jali melekat padanya. Kedua jurnalis
itulah yang mengenalkan Mr Jali ke dunia internasional sebagai guide
Leuser lewat brosur serta informasi dari mulut kemulut. Tahun 1987 Mr
Jali membuka jalur pendakian ke puncak tertinggi di Sumatra itu.
Saat ulang tahun kemerdekaan RI ke 42, Mr Jali menjadi
guide team ekpesidisi Mapala Kompas USU Medan, jauh sebelumnya jalur
pendakian Leuser dinding tenggara pernah dilakukan oleh Wanadri pada
tahun 1984. Dan kembali dirintis oleh Mr, Jali pada tahun itu.
Lahir dan dibesarkan di kaki gunung Lueser, Mr Jali mungkin
adalah sosok Tarzan di dunia nyata, kedekatannya dengan hutan Leuser
membuat dia hafal seluk-beluk lika liku hutan Leuser, ia hafal prilaku
hewan-hewan di dalamnya bahkan ia juga hafal jenis jenis tumbuhannya,
kemampuannya ini membuat ia juga dijuluki "kamus berjalan" menyangkut
Leuser dan isinya.
"Tidak akan ada yang bisa memecat saya, kecauli Tuhan" kata
Mr Jali. Selain menjadi penunjuk arah, ia juga mendirikan pondok di
kaki gunung Leuser, tepatnya di Keddah, ia beri nama Rain Forest Lodges
Keddah dulu ketika tahun 1995. Awalnya hanya berjumlah 25 kamar, namun
saat konflik semua kamar itu di bakar orang tidak dikenal. Saat itu ia
sempat down, pondok yang susah payah ia bangun dengan meminjam uang pada
sebuah Bank, hangus seketika. Namun bantuan datang, seorang temannya,
pendaki asal Jerman yang hobi mendaki gunung memberikan bantuan uang Rp
80 juta. Pada 2002 ia kembali membangun pondoknya selanjutnya 2008
pondoknya mulai ramai dikunjungi para pendaki.
Pondok Mr Jali, kerap dikunjungi para pendaki, kebanyakan
berasal dari luar negeri, setiap pengunjung yang datang, diminta mengisi
buku tamu dan menuliskan pesan dan kesan, berbagai komentar positif
ditulis pengunjung, semuanya memuji Mr Jali, kebaikan, sifat humoris,
stamina dan pengetahuan menjadi daya tarik sendiri bagi pengunjung.
Membaca buku pesan dan kesan itu membuat kita tersenyum, seorang pendaki
asal Austria bahkan menuliskan Mr Jali adalah "the real Tarzan"
ungkapan yang menyiratkan kekagumannya terhadap Mr Jali.
Ayah dari enam orang anak ini sama sekali tidak pernah
menggunakan alat navigasi dan standart keamananan saat menemani para
pendaki ke puncak Leuser, sebenarnya banyak guide-guide di kawasan hutan
Leuser lainnya terutama di kawasan Wisata Ketambe, di kaki gunung
Leuser banyaknya turis lokal dan manca negara mengunjungi Leuser menjadi
guide merupakan salah satu pilihan untuk mengais rezeki.
Mr Jali sering diundang ke berbagai daerah di Indonesia
bahkan hingga ke Papua karena pengalamannya, ia dianggap big bosnya para
guide di Lueser. Bukan itu saja, kini ia telah mendidik 25 orang guide
di tempatnya, desa Keddah, usahanya itu kini telah membuahkan hasil,
anak-anak didiknya saat ini telah mampu menemani para pendaki yang
datang dan sangat dapat diandalkan.
"Kita hanya terkendala lisensi atau sertifikat mereka
sebagai guide, seharusnya mereka mendapatkan itu semua, namun sayangnya
kita kesulitan mendapatkannya," kata Mr Jali. Seharusnya para guide
binaan Mr Jali mendapatkan pelatihan dari pihak pemerintah atau pihak
terkait.
"Kalau saya ada sertifikat, lalu bagaimana dengan mereka, peran guide sangat penting,"ungkapnya.
Mr Jali selain menjadi guide ia juga dianggap sebagai guru
alam bagi ribuan sarjana yang membutuhkan informasi tentang jutaan
kekayaan hutan Leuser, baik dalam maupun Luar negri, ini dapat dilihat
dalam buku tamunya, tidak sedikit para kandidat doktor juga masih
membutuhkan jasa dan pengetahuannya. Bagi sebagian para pencinta Alam,
Mr Jali juga disebut sebagai juru kunci gunung Leuser.
Apa yang dilakukan Mr Jali berdampak pada penghasilan
masyarakat setempat, terutama bagi 25 orang guide binaan Mr Jali, para
pendaki, terutama yang dari luar negeri dengan pelayanan jasa maksimal
sebagai penunjuk jalan serta pembawa perbekalan para guide dan para
porter akan mendapatkan bayaran yang tinggi, untuk sekali pendakian,
guide dibayar Rp 150.000, dan forter Rp 100.000 perhari, jika menuju
puncak, mereka akan menemani para pendaki hingga 15 hari.
"Kalikan saja berapa yang mereka dapat, apalagi kalau
banyak pendaki yang datang," kata Mr Jali, ia juga menambahkan setiap
bulannya pasti ada pendaki atau turis yang datang, para pendaki kerap
memberi tips lebih bahkan hingga jutaan.
"Ini adalah salah satu cara, menjaga hutan Lueser dan
meningkatkan ekonomi masyarakat disekitar Taman Nasional" kata Mr Jali,
seraya menambahkan, dengan penghasilkan yang mereka dapat, maka
masyarakat sekitar tidak akan terpikir lagi menebang hutan.
Ketika ditanya apakah ada bantuan pemerintah setempat
terhadap upayanya itu Mr Jali hanya tersenyum penuh arti " Sebenarnya
kita sudah sering menyampaikan, terutama ketika para bapak pejabat
berkunjung ke pondok, tapi hingga kini belum ada, tapi saya sudah sangat
merasa senang mereka datang ke pondok," sebut Mr Jali.
Harapan Mr Jali, pemerintah membantu prasarana jalan ke pondoknya, sehingga selain pendaki, masyakat biasa juga ikut berkunjung.
"Kalau ada jalan bagus, aliran sungai bisa dijadikan jalur arung jeram, bisa dibuat cubbing, anak-anak sekalipun bisa bermain, dan ada guidenya yang menjaga stanby sehingga aman, nanti disepanjang sungai kita buat kantin kantin, masyakat setempat bisa jualan, anak bermain di sungai, orang tua duduk di kantin, pemerintah dapat PAD, ekonomi masyarakat meningkat, hutan terjaga" harap Mr Jali, konsep yang sederhana, namun entah kenapa begitu sulit diwujudkan. ( Arsadi Laksamana)
-->
Tidak ada komentar:
Posting Komentar