MAKASSAR, BERITALINGKUNGAN.COM- Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya hadiri dalam peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) Tahun 2018 di Kota Makassar.
Acara yang dikemas dalam bentuk dialog partisipatif dengan komunitas dan edukasi kepada anggota pramuka, generasi muda dan masyarakat Sulawesi Selatan akan berlangsung pada Area Car Free Day (CFD) Kota Makassar, Minggu pagi (18/03/2018).
"Kegiatan
ini diharapkan menjadi salah satu faktor pendorong munculnya agen-agen
perubahan yang akan menerapkan dan menularkan sistem pengelolaan sampah yang
baik”, ujar Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 KLHK, Rossa
Vivien Ratnawati.
Permasalahan
sampah di Indonesia sebagai negara kepulauan menjadi salah satu sorotan dunia
terutama masalah sampah di laut. Makassar sebagai salah satu kota pantai pasti
juga mengalami masalah sampah di laut. Problem ini hanya dapat diatasi dengan
kerja kolektif semua komponen masyarakat tanpa terkecuali.
Kunci
dan akar utama dalam pengelolaan sampah adalah persoalan budaya yang berkaitan
dengan perilaku dan kebiasaan (habits).
Oleh sebab itu, kita harus memulai pengelolaan sampah dari "Gerakan
Perubahan Perilaku", dengan menjadikan "pengurangan sampah sejak
dihasilkannya" atau bahkan “penggunaan barang-barang yang tidak
menghasilkan sampah” (pencegahan sampah/waste
prevention), sebagai budaya (culture)
dan gaya hidup (lifestyle) baru.
Hari
Peduli Sampah Nasional (HPSN) tanggal 21 Februari merupakan pengingat akan
bencana longsornya TPA Leuwi Gajah, Cimahi – Jawa Barat untuk mendorong kita
merubah pola pikir, gaya hidup dan budaya dalam pengelolaan sampah menjadi
lebih baik dan lebih baik lagi.
HPSN
2018 difokuskan pada pelaksanaan agenda Tiga Bulan Bersih Sampah (TBBS) mulai
tanggal 21 Januari 2018 sampai dengan 21 April 2018 yang meliputi berbagai
gerakan kebersihan di seluruh wilayah Indonesia.
Melalui
TBBS yang salah satunya adalah gerakan kebersihan di area CFD, semoga kita
dapat menjadi lebih peduli akan kebersihan lingkungan, lebih peduli akan
kesehatan kita dan lebih siap mewujudkan Indonesia Bersih Sampah 2020.
Suatu
keniscayaan bahwa paradigma pembangunan ramah lingkungan (green ideology) adalah satu-satunya pilihan untuk menyejahterakan
kehidupan umat manusia dan menyelamatkan dari ancaman bencana ekologis yang
dapat menyebabkan kepunahan.
Dengan
gerakan kebersihan ini masyarakat didorong untuk dapat lebih sadar mengurangi
penggunaan barang-barang yang berpotensi menimbulkan sampah, memilah dan
memanfaatkan sampah. Gerakan ini diharapkan menjadi suatu gerakan kesadaran
yang massif yang terus bergulir di semua elemen masyarakat.
Untuk
menciptakan efek bola salju, perlu pula dilakukan kampanye melalui media sosial
mengingat media sosial saat ini dianggap paling efektif menjangkau segala
lapisan masyarakat.
Segala
upaya yang dilakukan adalah untuk membangun budaya bersih dan sehat mulai dari
diri masing-masing yang pada akhirnya merupakan cerminan budaya bangsa yang
dapat meningkatkan citra Indonesia di mata dunia. (Wan)
-->
Tidak ada komentar:
Posting Komentar