MERANGIN, BERITALINGKUNGAN.COM- Perselisihan antara tiga sekuriti PT Sari Aditya Loka (SAL) Jambi dengan sekelompok Orang Rimba, berakhir damai. Masing-masing pihak sepakat untuk berdamai dan berjanji akan menjaga keamanan di lingkungan masing-masing serta akan menahan diri.
"Sudah
selesai sebenarnya, karena kita juga tahu, mereka perlu kita bina. Semua stakeholder
itu selalu kita usahakan untuk berdamai. Kita tidak pernah memperpanjang atau
memperumit persoalan", tegas Manajer Hubungan Masyarakat PT SAL, Mochamad
Husni kepada Beritalingkungan.com.
Mengingat
Orang Rimba merupakan komunitas yang perlu didampingi, karena tinggal di
kawasan perkebunan sawit milik PT SAL, menurut Husni, mereka tidak akan menggunakan
jalur hukum untuk menyelesaikan persoalan tersebut.
"Artinya,
kalau melewati jalur musyawarah selesai, berarti ya sudah. Alhamdulillah orang
rimba dan kepolisian juga telah sepakat", ujar Mochamad Husni melalui sambungan
telepon pada Minggu, (17/5).
Menurut
Husni, pihak perusahaan tidak berniat melibatkan pihak kepolisian di kasus ini,
namun hal itu semata-mata demi meminimalisir dampak ikutan yang akan terjadi, karena
keributan telah melibatkan masyarakat sekitar.
"Sekuriti
kita ada yang berasal dari masyarakat sekitar. Waktu dia lihat warganya kena, karena
sekuriti itu cerita, dan pelakunya diduga Orang Rimba, maka masyarakat marah",
kata Husni.
Kemarahan
itu yang mendorong warga meminta pertanggungjawaban dari Orang Rimba. Dalam waktu
singkat, sebanyak 80 - 100 orang mencari dan mengejar Orang Rimba hingga
ke permukimannnya.
"Kita
khawatir terjadi keributan dan berakibat lebih parah, perwakilan dari kita (PT.
SAL) melapor ke kepolisian. Dari situ polisi terlibat dan melakukan usaha
perdamaian", ungkap Mochamad Husni.
Saat
kejadian, 11 Sudung (rumah) Orang Rimba ikut menjadi korban. Akibatnya, mereka
tidak memiliki tempat tinggal. Tak hanya itu, motor Orang Rimba juga ikut dibawa
ke kantor polisi.
"Soal
motor yang disita atau yang dibawa ke kantor polisi saya kurang paham, tapi
kalau dari cerita yang saya dengar, karena warga sudah marah, mereka bereaksi
sendiri", ungkap Husni.
Kesepakatan
damai antara Orang Rimba dengan sekuriti PT Sari Aditya Loka (SAL) berlangsung
di Mapolres Merangin. Dua perwakilan dari Orang Rimba, yakni Sikar dan Pakjang secara
terbuka mengakui adanya pemukulan terhadap security PT SAL.
Menurut
Husni, perwakilan Orang Rimba meminta maaf kepada manajemen PT SAL dan berjanji
membina warganya agar tidak melakukan tindak pidana maupun tindakan lain yang
meresahkan.
Perdamaian
itu disaksikan Kapolres Merangin AKBP Mokhamad Lutfi SLK dan Dandim 0420 Sarko
Letkol Inf Tommy Radya Diansyah Lubis S.Ap.M. Han. Sementara saksi dari
Pemerintahan, diantaranya Kadis Sosial PPK Kabupaten Merangin Junaidi dan Sekcam
Tabir Selatan Afrizal.
Kronologis
Kejadian
Di
laman media sosialnya, KKI Warsi menyebut Orang Rimba kelompok Sikar di Desa
Muara Delang Kecamatan Tabir Selatan Kabupaten Merangin mendapat perlakuan
kurang mengenakkan dari sekuriti PT Sari Aditya Loka (SAL) Astra Group. Sebanyak
11 pondok Orang Rimba ikut dirusak.
Ditengarai
kejadian itu bermula, saat Orang Rimba berniat mengambil brondol di kebun milik
perusahaan yang kemudian dijual dengan harga Rp 800 per kilogram.
Atas
insiden itu, Manajer Hubungan Masyarakat PT SAL, Mochamad Husni menyebut
ada kesalahan persepsi yang berpotensi menyesatkan publik. Menurut Husni, penyerangan
Orang Rimba oleh Security PT SAL tidak benar dan cenderung menyudutkan petugas
security yang bertanggung jawab terhadap keamanan perkebunan kelapa sawit.
Peristiwa
itu sendiri bermula pada malam tanggal 12 Mei 2020, ketika 2 sekuriti melakukan
patroli di perbatasan kebun inti PT SAL dengan kebun Plasma KKPA (Kredit
Koperasi Primer Anggota).
Saat
berpatroli, petugas bertemu dengan 5 Orang Rimba kelompok Sikar yang membawa 5
unit motor berkeranjang. Anggota sekuriti mencoba berdialog dan menyampaikan
pesan bahwa selain karyawan tidak diperbolehkan memasuki perkebunan.
"Saat
didekati, mereka (Orang Rimba) langsung menyerang", kata Husni.
Padahal,
menurut Husni, saat itu sekuriti ingin menyampaikan protokol pencegahan Covid-19 yang diterapkan
PT SAL. "Demi mencegah setiap orang (termasuk Orang Rimba) dari
kemungkinan terinfeksi virus atau menginfeksi orang lainnya", ujarnya.
Namun,
yang terjadi justru di luar dugaan, petugas sekuriti diserang dengan
batu Saat itu, pertengkaran berhasil dihindari dan Orang Rimba mengikuti
arahan untuk segera membubarkan diri.
"Saya
tidak menyebut mereka akan mencuri brondol. Yang pasti, mereka masuk ke kebun
bawa motor, bawa keranjang. Mungkin saja mereka sambil lewat, namun saat didekati,
mereka langsung bereaksi seperti itu", ungkap Husni.
Lalu,
ketika malam semakin larut, sesuai jadwal anggota sekuriti bertambah 3 orang, sehingga
total ada 5 orang. "Karena kebun kita luas dan tidak ada pagarnya. Dan
malam itu, biasanya sesuai jadwal, ada tambahan tenaga pengamanan", papar
Husni.
Saat
melanjutkan patroli, sekuriti dihadang oleh 8 Orang Rimba, dan terjadilah perkelahian.
Tidak diketahui apakah 8 orang tersebut merupakan Orang Rimba yang sebelumnya
terlibat cekcok.
Yang
pasti, menurut Husni, para sekuriti dipukul hingga babak belur, bahkan ada yang
diceburkan ke parit. Untuk menghindari perkelahian, sekuriti memilih mundur dan
menuju ke pos terdekat.
Di
pos, para sekuriti bertemu dengan warga yang kebetulan melintas. Warga tersulut
emosi, saat mengetahui ada anggota sekuriti yang menjadi korban, yang ternyata warga
desa mereka.
Kemarahan
itu mendorong warga menyerbu permukiman Orang Rimba hingga merusak 11 pondok. Saat
menyaksikan kemarahan warga, pihak perusahaan (PT SAL) menghubungi Polsek
setempat, agar tidak terjadi perkelahian lebih lanjut.
Peduli
Orang Rimba
Musyawarah
dan mediasi sengaja diupayakan PT SAL, agar permasalahan tersebut tidak
berlarut-larut, sehingga Orang Rimba dan warga desa di sekitar perusahaan hidup
rukun kembali.
"Selama
ini, kita juga sangat akrab dengan mereka dan telah melakukan pembinaan. Apalagi
di tengah pandemi yang mengharuskan semua pihak bekerja sama lebih erat",
ujar Mochamad Husni, Manajer Hubungan Masyarakat PT SAL.
Khusus
terkait pandemi, PT SAL telah memberikan bantuan untuk meringankan beban Orang
Rimba. "Untuk masa sekarang ini, bantuan pangan juga kita kasih. Kita
berikan ke mereka", ujarnya.
Bantuan
sengaja diberikan, karena dikhawatirkan Orang Rimba mengalami kesulitan pangan
dimasa pandemi ini. Husni menyebut, hal itu sebagai problem pangan yang mungkin
dialami oleh kebanyakan Orang Rimba.
"Ingin
saya dijelaskan bahwa problem itu memang ada. Makanya kita kasih bantuan. Kita
kasih pendekatan-pendekatan kepada mereka", ujar Husni.
Tidak
hanya di masa pandemi, pihak PT SAL juga berkomitmen meningkatkan kesejahteraan
Orang Rimba yang diwujudkan melalui program-program Corporate Social
Responsibilty (CSR).
"Selama
ini perusahaan aktif kerja sama dengan Orang Rimba. Baik melalui
program-program peningkatan lingkungan, ekonomi, pendidikan, maupun kesehatan",
kata Husni.
Hal
itu dilakukan PT SAL, karena menyadari bahwa lingkungan dan masyarakat merupakan
satu kesatuan yang terintegrasi dan tidak dapat dipisahkan.
"Untuk
lingkungan, kita melakukan treatment, yang sebenarnya tidak 100% profit,
dimana untuk Suku Anak Dalam kita mendisain program social responsibility,
yang juga sama seperti di tempat lain", kata Husni.
Sementara
dari sisi ekonomi, menurut Husni, perusahan telah mengajarkan tentang cara
bercocok-tanam, termasuk juga bagaimana menanam kelapa sawit.
"Kemudian
dari sisi pendidikan, kita punya sekolah. Disini kita membina Suku Anak Dalam
menjadi guru bagi komunitas mereka" papar Husni.
Sementara
terkait kesehatan, Husni menyebut Orang Rimba perlu dipahami dengan baik,
karena mereka memiliki budaya dan kondisi hidup yang unik. Itu sebabnya, PT SAL
membuat program khusus terkait kesehatan Orang Rimba.
"Bantuan
yang diberikan kepada Oang Rimba tidak hanya kepada rombong pak Sikar tapi juga
kepada rombong-rombong lain, dan jumlahnya juga sama", ujar Husni.
Pada
intinya, menurut Husni, sesuai dengan visi misi PT SAL, kehadiran mereka di
permukiman Orang Rimba, tidak hanya untuk mencari keuntungan, namun memberi
dampak positif, tidak hanya bagi Orang Rimba namun juga masyarakat sekitar. (Jekson Simanjuntak)
-->
Tidak ada komentar:
Posting Komentar